Sabtu, 23 November 2019

USG 4D PALING MURAH DI SEMARANG - 100RB

Alhamdulillah... genap 4 bulan kehamilan keduaku. Awalnya aku program dg dr.sugeng SpOG di Apotek Siroto krn PCOS, dari Dokter disarankan utk jalur program normal saja... tanpa obat, tanpa insem, hanya dikasih trik2 dan asam folat saja. Alhamdulilah 3 bulan kemudian Allah SWT kasih rezeki buat saya, saya hamil.
USG paling murah di semarang. Hanya 100ribu sudah double check 2D dan 4D, dpt 2 print. Konsulnya juga lama.. dokter Sugeng juga sabarr ngadepin pertanyaan2 saya meski banyak yg antri.
Pelayanan Apotek nya juga ramah.

Sewaktu hamil 1 bulan sd 3 bulan, USG 2D krn mmg belum boleh 4D bund. Namun setelah 4 bulan boleh 4D... seneng bangettt... jelasss banget badan, tangan, kaki dan jenis kelamin janin. TV nya juga gede banget... jd puass ngelihatnya.

Daftar dulu ke apotek sblm periksa. Nomor apoteknya 081284031370.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 10 Agustus 2016

Share Sekilas Mekanisme Acne - Youtube


 
Faktor penyebab timbulnya jerawat
  • Adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat.
  • Peningkatan produksi sebum akibat pengaruh hormonal, kondisi fisik, dan psikologis. Jika disertai sumbatan di muara kelenjar sebasea, aliran keluar sebum akan terbendung.
  • Peningkatan populasi dan aktivitas Propionibacteri acnes karena bakteri ini terdapat di bawah muara kelenjar sebasea
  • Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih ke sekitar kelenjar sebasea yang sudah mengalami bendungan dan akhirnya pecah. Isi lemak sebum tumpah ke dalam jaringan kulit jangat atau dermis, dan dianggap benda asing sehingga memancing serbuan sel darah putih ke tempat tersebut
Untuk dapat melihat mekanisme acne secara singkat dapat dilihat di:
https://www.youtube.com/watch?v=x5degoG2F6s


Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach

Teh Hijau Sebagai Antibakteri



Teh merupakan salah satu tumbuhan yang populer di dunia. Tanaman teh tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub tropis. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman Camelia sinesis L (Gambar 1). Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia kedua setelah air. Tanaman teh dibagi menjadi empat jenis yaitu teh hijau, teh putih, teh oolong dan teh hitam. Perbedaan pada keempat jenis teh tersebut adalah dalam proses fermentasinya. Teh hijau mengalami proses panas segera setelah proses panen, hal ini ditujukan untuk mencegah katekin mengalami proses oksidasi, teh putih terbuat dari daun teh yang sangat muda atau tunas, sedangkan teh oolong dilakukan proses fermentasi secara singkat dan teh hitam dilakukan proses fermentasi secara penuh (Mostafa, 2014; Gupta, dkk., 2014; Jigisha, dkk., 2012).
Pucuk daun teh hijau PT.Kemuning Karanganyar (Diadops dari Disertasi Naniek Widyaningrum, 2013) 
Tanaman teh jenis Camellia sinensis PT.Kemuning Karanganyar (Diadops dari Disertasi Naniek Widyaningrum, 2013)

Pada saat panen, daun teh mengandung senyawa katekin dengan kadar yang tinggi, katekin ini termasuk golongan polifenol, dengan sifat katekin yang mudah terdegradasi oleh panas, maka kandungan katekin pada berbagai jenis teh berbeda.
Aktivitas antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu mekanisme kerja melalui penghambatan sintesis dinding sel, melalui hambatan fungsi membran sel, melalui perubahan polaritas permukaan protein dan menghambat sintesis protein, serta melalui hambatan sintesis asam nukleat. Mekanisme kerja EGCG sebagai antibakteri yaitu  mengubah polaritas permukaan protein dan secara reversibel menghambat β-ketoasil-(asil protein pembawa) reduktase dari bakteri, memodifikasi enzim protein diikuti oleh agregasi sehingga menyebabkan kematian bakteri (Bing-Hui Li dkk., 2006). EGCG merupakan golongan flavan turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dan desifektan dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel bakteri. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi, denaturasi dan koagulasi protein sehingga membran sel mengalami lisis. Turunan fenol juga dapat mengubah permeabilitas membran sel bakteri, dapat menimbulkan kebocoran konstituen sel yang essensial sehingga bakteri mengalami kematian.
Bakteri memiliki 70S ribosom, sedangkan sel mamalia termasuk manusia memiliki 80S ribosom. Subunit masing-masing tipe ribosom, komposisi kimianya dan spesifikasi fungsinya berbeda, sehingga dapat menerangkan bahwa antibakteri dapat menghambat sintesis protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia.
Penelitian lain menyatakan bahwa Epigallocathechin gallate pada daun teh hijau EGCG  merupakan agen bakterisida yang efektif terhadap strain Acinetobacter baumanii yang resisten terhadap antibiotik (Osterburg dkk., 2009). EGCG secara signifikan juga dapat mengurangi sebum jerawat dalam 8 minggu (Yoon dkk., 2013).
Teh hijau juga berfungsi sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti kanker, kesehatan jantung, kesehatan mulut, dan sebagai antibakteri. Efek antioksidan yang berasal dari teh hijau yaitu dengan membatasi jumlah radikal bebas dengan cara mengikat spesies oksigen reaktif (ROS) (Gupta dkk., 2014; Jigisha et al, 2012.; Reygaert, 2014). Teh hijau juga berkhasiat sebagai anti kanker, dengan mekanisme menghambat angiogenesis dan pertumbuhan sel kanker (Jigisha, dkk., 2012; Reygaert, 2014; Subramani dan Natesh, 2013).
Teh hijau juga memiliki efek kesehatan bagi mulut, gigi dan gusi. Penyebab utama dari karies gigi adalah bakteri Streptococcus mutans dan teh hijau mampu membunuh bakteri tersebut, selain itu teh hijau adalah sumber alami fluorida sehingga dapat menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan (Gupta, dkk., 2014; Jigisha,dkk., 2012)
Teh hijau memiliki efek antibakteri terhadap berbagai Gram positif dan bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli, Salmonella spp., Staphylococcus aureus, Enterococcus sp., beberapa jamur (Candida albicans), dan berbagai virus (misalnya HIV, herpes simpleks, influenza) (Jigisha dkk., 2012; Steinmann dkk., 2013). Teh hijau dengan kombinasi tanaman lotus dapat menurunkan aktivitas sebum pada kelenjar sebasea (Mahmood dkk., 2013), teh hijau konsentrasi 3% dapat mengurangi pigmentasi dan iritasi pada kulit (Akhtar dkk., 2011).
EGCG pada daun teh hijau merupakan senyawa flavonoid golongan flavan. Menurut Nagle, dkk. (2006), Butt dan Sultan. (2009) jenis polifenol dalam teh hijau adalah EGCG, epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG) dan epigallocatechin (EGC) dengan kandungan masing-masing polifenol dalam teh hijau adalah EGCG (51,88%), EC (12,24%), ECG (6,12%) dan EGC (5,5%). Berdasarkan keempat jenis polifenol, EGCG merupakan zat yang paling bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri.
Teh hijau yang diseduh memberikan warna hijau kekuningan, sedangkan teh oolong memberikan warna kemerahan dan teh hitam memberikan warna kecoklatan. Hal ini disebabkan proses oksidasi pada teh hijau adalah ikatan depsidik yang bersifat reversibel, sedangkan proses oksidasi pada teh oolong dan teh hitam yang mengalami proses fermentasi, sifat oksidasinya berupa kondensasi oksidatif yang bersifat irreversibel (Mizooku, 2003). EGCG dapat terjadi perubahan warna menjadi kuning pada kondisi pH yang lebih tinggi dalam larutan air. Berdasarkan penelitian Mizooku (2003) proses oksidasi yang dianalisis dengan liquid chromatography/electrospray ionization tandem mass spectrometry (LC/ESI-MS/MS) ditemukan hubungan struktur EGCG yang melibatkan reaksi perubahan warna pada kondisi pH yang berbeda. Oksidasi ditemukan sesuai dengan M + 14 (di mana M adalah berat molekul EGCG), EGCG melepaskan dua atom hidrogen dan mengikat satu atom oksigen ke bagian galloyl di cincin B yang bersifat reversibel, sedangkan proses kondensasi oksidatif catechin (dasar terbentuknya zat samak merah apabila terjadi reaksi) pada teh hitam dan teh oolong bersifat irreversibel. 
  Berdasarkan penelitian sebelumnya, mekanisme EGCG dalam membunuh bakteri yaitu EGCG   memiliki daya bunuh bakteri dengan cara reversibel menghambat β-ketoasil-[asil protein pembawa] reduktase (FabG) dari bakteri Escherichia coli. EGCG dapat memodifikasi enzim (FabG) diikuti oleh agregasi dari protein, hal ini disebabkan karena EGCG mengubah polaritas permukaan protein (Bing-Hui Li dkk., 2006).

 

Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach


Sekilas Tinjauan Pustaka Design expert

Design Expert  
Design expert adalah software yang di produksi oleh stateease, merupakan metode statistik yang khusus digunakan untuk melakukan desain eksperimental yaitu untuk menentukan formula optimum.
Dalam software ini, dapat dilakukan percobaan hingga 50 faktor. Signifikansi faktor-faktor ini diperoleh dari analisis varians (ANOVA). Berdasarkan model prediksi yang divalidasi, optimasi numerik membantu peneliti atau pengguna menentukan nilai yang ideal untuk masing-masing faktor dalam percobaan. Software design expert mampu membantu mengidentifikasi interaksi dan dampak dari masing-masing faktor pada hasil yang diinginkan dan mengungkapkan kelainan dalam data.
Dalam design expert, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk optimasi seperti Simplex lattice design, Factorial design dan D optimum. Pada penelitian ini digunakan metode Simplex lattice design untuk mendapatkan formula optimum.
     
                   Simplex lattice design (SLD)
Salah satu permasalahan dalam formulasi obat adalah menentukan komposisi bahan penyusun dalam suatu campuran. Beberapa hal yang harus ditentukan dalam upaya menentukan komposisi optimum adalah menentukan terlebih dahulu proporsi suatu bahan penyusun (faktor) dan total jumlah dari seluruh faktor tersebut harus dapat dinyatakan dalam satu kesatuan unit (Sugihartini, 2013).
Metode Simplex lattice design (SLD) adalah cara optimasi formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan. Jumlah total nilai fraksi masing-masing komponennya adalah satu. Pengukuran respon dapat dihubungkan dengan model matematika yang cocok untuk masing-masing desain. Ada beberapa model yaitu linier, quadratic dan spesial cubic (Bolton, 1986).
Linier model:
Y = ß1X1+ß2X2+ ß2X3................................................................................(1)
Quadratic model:
Y = ß1X12X2+ ß3X3 ß12X1X2+ ß13X1X3+ ß23X2 X3....................................(2)
Special cubic:
Y= ß1X12X2+ ß3X3 ß12X1X2+ ß13X1X3+ ß23X2 X3+ ß123X1 X2 X3.............(3)
Keterangan:
X1 X2 X3                                              = Fraksi campuran komponen
ß1, ß2, ß3, ß12, ß13, ß23, ß123        = Koefisien regresi (dihitung berdasarkan respon
                                                  percobaan)
Dalam optimasi model simplex lattice design, jumlah sesungguhnya suatu komponen dalam campuran, diterjemahkan sebagai proporsi yang merupakan bilangan nol atau positif dan tidak boleh berupa bilangan negatif.
       Komponen dari X1, X2, ........Xq adalah:
       0≤Xi≤1............................................................................................................(4)
Dimana Xi adalah no.1 sampai q. Jumlah seluruh faktor tersebut merupakan satu kesatuan sehingga
       X1+X2+Xq+.....=1.........................................................................................(5)
   Apabila dalam penelitian terdapat tiga komponen, maka akan diperoleh kurva respon yang berupa dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Proporsi setiap faktor dapat dinyatakan berdasarkan panjang pada setiap sisinya. Ketiga komponen dinyatakan sebagai A, B dan C. Setiap sudut menyatakan setiap komponen dimana total komponen adalah 1. Misal pada sudut A maka hanya mengandung komponen A dengan proporsi = 1, sedang komponen B dan C mempunyai nilai proporsi = 0, garis AB merupakan komposisi dari 50% A dan 50% B, garis BC merupakan komposisi dari 50% B dan 50% C, sedangkan garis AC merupakan komposisi dari 50% A dan 50% C dimana untuk pihak ketiga bernilai 0. Untuk komposisi tiga bahan ABC maka 33,3% A, 33,3% B dan 33,3% C.
Persamaan untuk tiga komponen adalah model special cubic yang dirumuskan sebagai berikut:
            Y= ß1(A)+ß2(B)+ß3(C)+ß12(A)(B)+ß13(A)(C)+ß23(B)(C)+ß123(A)(B)(C).....(6)
            Keterangan:
            Y = Respon hasil percobaan
            ß1 = koefisien yang didapat dari percobaan dengan A = 1 bagian (100%)
            ß2 = koefisien yang didapat dari percobaan dengan B = 1 bagian (100%)
            ß3 = koefisien yang didapat dari percobaan dengan C = 1 bagian (100%)
            ß12 = koefisien dengan A dan B masing-masing 0,5 bagian (50%)
            ß13 = koefisien dengan A dan C masing-masing 0,5 bagian (50%)
            ß23 = koefisien dengan B dan C masing-masing 0,5 bagian (50%)
ß123 = koefisien yang didapat dari percobaan dengan A, B dan C masing-masing 0,33 bagian (33,3%).
Koefisien regresi diperoleh dari persamaan masing-masing respon yang dikehendaki. Berdasarkan persamaan respon tersebut didapatkan contour plot yang menggambarkan profil respon (Armstrong dan James, 1996; Bolton, 1986).


Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach