Alhamdulillah... genap 4 bulan kehamilan keduaku. Awalnya aku program dg dr.sugeng SpOG di Apotek Siroto krn PCOS, dari Dokter disarankan utk jalur program normal saja... tanpa obat, tanpa insem, hanya dikasih trik2 dan asam folat saja. Alhamdulilah 3 bulan kemudian Allah SWT kasih rezeki buat saya, saya hamil.
USG paling murah di semarang. Hanya 100ribu sudah double check 2D dan 4D, dpt 2 print. Konsulnya juga lama.. dokter Sugeng juga sabarr ngadepin pertanyaan2 saya meski banyak yg antri.
Pelayanan Apotek nya juga ramah.
Sewaktu hamil 1 bulan sd 3 bulan, USG 2D krn mmg belum boleh 4D bund. Namun setelah 4 bulan boleh 4D... seneng bangettt... jelasss banget badan, tangan, kaki dan jenis kelamin janin. TV nya juga gede banget... jd puass ngelihatnya.
Daftar dulu ke apotek sblm periksa. Nomor apoteknya 081284031370.
Semoga bermanfaat.
BERBAGI ILMU
Sabtu, 23 November 2019
Rabu, 10 Agustus 2016
Share Sekilas Mekanisme Acne - Youtube
Faktor penyebab timbulnya jerawat
- Adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat.
- Peningkatan produksi sebum akibat pengaruh hormonal, kondisi fisik, dan psikologis. Jika disertai sumbatan di muara kelenjar sebasea, aliran keluar sebum akan terbendung.
- Peningkatan populasi dan aktivitas Propionibacteri acnes karena bakteri ini terdapat di bawah muara kelenjar sebasea
- Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih ke sekitar kelenjar sebasea yang sudah mengalami bendungan dan akhirnya pecah. Isi lemak sebum tumpah ke dalam jaringan kulit jangat atau dermis, dan dianggap benda asing sehingga memancing serbuan sel darah putih ke tempat tersebut
Untuk dapat melihat mekanisme acne secara singkat dapat dilihat di:
https://www.youtube.com/watch?v=x5degoG2F6sNote : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach
Teh Hijau Sebagai Antibakteri
Teh merupakan salah satu tumbuhan yang populer
di dunia. Tanaman teh tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub tropis. Teh
dibuat dari pucuk daun
muda tanaman Camelia sinesis L (Gambar 1). Teh adalah minuman
yang paling banyak dikonsumsi di dunia kedua setelah air. Tanaman teh dibagi
menjadi empat jenis yaitu teh hijau, teh putih, teh oolong dan teh hitam. Perbedaan
pada keempat jenis teh tersebut adalah dalam proses fermentasinya. Teh hijau
mengalami proses panas segera setelah proses panen, hal ini ditujukan untuk
mencegah katekin mengalami proses oksidasi, teh putih terbuat dari daun teh
yang sangat muda atau tunas, sedangkan teh oolong dilakukan proses fermentasi
secara singkat dan teh hitam dilakukan proses fermentasi secara penuh (Mostafa, 2014; Gupta, dkk., 2014; Jigisha,
dkk., 2012).
Pucuk daun teh hijau PT.Kemuning Karanganyar (Diadops dari Disertasi Naniek Widyaningrum, 2013) |
Tanaman teh jenis Camellia sinensis PT.Kemuning Karanganyar (Diadops dari Disertasi Naniek Widyaningrum, 2013) |
Pada saat panen,
daun teh mengandung senyawa katekin dengan kadar yang tinggi, katekin ini
termasuk golongan polifenol, dengan sifat katekin yang mudah terdegradasi oleh
panas, maka kandungan katekin pada berbagai jenis teh berbeda.
Aktivitas antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya
yaitu mekanisme kerja melalui penghambatan sintesis dinding sel, melalui hambatan
fungsi membran sel, melalui perubahan
polaritas permukaan protein dan menghambat sintesis protein, serta melalui hambatan
sintesis asam nukleat. Mekanisme kerja EGCG sebagai antibakteri yaitu mengubah polaritas permukaan protein dan
secara reversibel menghambat β-ketoasil-(asil protein pembawa) reduktase dari
bakteri, memodifikasi enzim protein diikuti oleh agregasi sehingga menyebabkan
kematian bakteri (Bing-Hui Li dkk., 2006). EGCG merupakan golongan flavan
turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dan desifektan dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein
sel bakteri. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen diikuti penetrasi fenol ke dalam sel
dan menyebabkan presipitasi, denaturasi dan koagulasi protein sehingga membran
sel mengalami lisis. Turunan fenol juga dapat mengubah permeabilitas membran
sel bakteri, dapat menimbulkan kebocoran konstituen sel yang essensial sehingga
bakteri mengalami kematian.
Bakteri memiliki 70S
ribosom, sedangkan sel mamalia termasuk manusia memiliki 80S ribosom. Subunit
masing-masing tipe ribosom, komposisi kimianya dan spesifikasi fungsinya
berbeda, sehingga dapat menerangkan bahwa antibakteri dapat menghambat sintesis
protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia.
Penelitian lain
menyatakan bahwa Epigallocathechin
gallate pada daun teh hijau
EGCG merupakan agen bakterisida yang
efektif terhadap strain Acinetobacter
baumanii yang resisten terhadap antibiotik (Osterburg dkk., 2009). EGCG
secara signifikan juga dapat mengurangi sebum jerawat dalam 8 minggu (Yoon
dkk., 2013).
Teh hijau juga berfungsi sebagai
antioksidan, anti inflamasi, anti kanker, kesehatan jantung, kesehatan mulut,
dan sebagai antibakteri. Efek antioksidan yang
berasal dari teh hijau yaitu dengan membatasi jumlah radikal bebas dengan
cara mengikat spesies oksigen reaktif (ROS) (Gupta dkk., 2014; Jigisha et al,
2012.; Reygaert, 2014). Teh hijau juga berkhasiat sebagai anti kanker, dengan mekanisme menghambat
angiogenesis dan pertumbuhan
sel kanker (Jigisha, dkk., 2012; Reygaert, 2014; Subramani dan
Natesh, 2013).
Teh hijau juga
memiliki efek kesehatan bagi
mulut, gigi dan
gusi. Penyebab utama dari karies gigi adalah bakteri Streptococcus mutans dan teh hijau mampu membunuh bakteri tersebut,
selain itu teh hijau adalah sumber alami fluorida sehingga dapat menjaga
kesehatan mulut secara keseluruhan (Gupta, dkk., 2014; Jigisha,dkk., 2012)
Teh hijau memiliki
efek antibakteri terhadap berbagai Gram positif
dan bakteri Gram negatif
seperti Escherichia coli, Salmonella
spp., Staphylococcus aureus, Enterococcus sp., beberapa jamur (Candida albicans), dan berbagai virus
(misalnya HIV, herpes simpleks, influenza)
(Jigisha dkk., 2012;
Steinmann dkk., 2013). Teh
hijau dengan kombinasi tanaman
lotus dapat menurunkan aktivitas sebum pada kelenjar sebasea (Mahmood dkk.,
2013), teh hijau konsentrasi 3% dapat mengurangi pigmentasi dan iritasi pada
kulit (Akhtar dkk., 2011).
EGCG pada daun teh hijau merupakan senyawa flavonoid golongan flavan. Menurut Nagle, dkk. (2006), Butt dan Sultan. (2009)
jenis polifenol dalam teh hijau adalah EGCG, epicatechin (EC), epicatechin
gallate (ECG) dan epigallocatechin
(EGC) dengan kandungan
masing-masing polifenol dalam teh hijau adalah EGCG (51,88%), EC (12,24%), ECG
(6,12%) dan EGC (5,5%). Berdasarkan keempat jenis polifenol, EGCG merupakan zat
yang paling bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri.
Teh hijau yang diseduh memberikan warna hijau kekuningan,
sedangkan teh oolong memberikan warna kemerahan dan teh hitam memberikan warna
kecoklatan. Hal ini disebabkan proses oksidasi pada teh hijau adalah ikatan
depsidik yang bersifat reversibel, sedangkan proses oksidasi pada teh oolong
dan teh hitam yang mengalami proses fermentasi, sifat oksidasinya berupa
kondensasi oksidatif yang bersifat irreversibel (Mizooku, 2003). EGCG dapat terjadi perubahan warna
menjadi kuning pada kondisi pH yang lebih tinggi dalam larutan air. Berdasarkan
penelitian Mizooku (2003) proses oksidasi yang dianalisis dengan liquid chromatography/electrospray
ionization tandem mass spectrometry (LC/ESI-MS/MS) ditemukan hubungan
struktur EGCG yang melibatkan reaksi perubahan warna pada kondisi pH yang berbeda.
Oksidasi ditemukan sesuai dengan M + 14 (di mana M adalah berat molekul EGCG),
EGCG melepaskan dua atom hidrogen dan mengikat satu atom oksigen ke bagian galloyl di cincin B yang bersifat
reversibel, sedangkan proses kondensasi
oksidatif catechin (dasar
terbentuknya zat samak merah apabila terjadi reaksi) pada teh hitam dan teh
oolong bersifat irreversibel.
Berdasarkan penelitian
sebelumnya, mekanisme EGCG dalam membunuh bakteri yaitu
EGCG memiliki daya bunuh bakteri dengan cara reversibel menghambat β-ketoasil-[asil protein pembawa]
reduktase (FabG) dari bakteri Escherichia
coli. EGCG dapat memodifikasi enzim (FabG) diikuti oleh agregasi dari
protein, hal ini disebabkan karena EGCG mengubah polaritas permukaan protein
(Bing-Hui Li dkk., 2006).
Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach
Sekilas Tinjauan Pustaka Design expert
Design Expert
Design expert adalah software
yang di produksi oleh stateease,
merupakan metode statistik yang khusus digunakan untuk melakukan desain
eksperimental yaitu untuk menentukan formula optimum.
Dalam software
ini, dapat dilakukan percobaan hingga 50 faktor. Signifikansi faktor-faktor ini
diperoleh dari analisis varians (ANOVA). Berdasarkan model prediksi yang
divalidasi, optimasi numerik membantu peneliti atau pengguna menentukan nilai
yang ideal untuk masing-masing faktor dalam percobaan. Software design expert
mampu membantu mengidentifikasi interaksi dan dampak dari masing-masing faktor
pada hasil yang diinginkan dan mengungkapkan kelainan dalam data.
Dalam design expert,
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk optimasi seperti Simplex lattice design, Factorial design dan D optimum. Pada penelitian ini digunakan
metode Simplex lattice design untuk
mendapatkan formula optimum.
Simplex
lattice design (SLD)
Salah satu permasalahan dalam formulasi obat adalah
menentukan komposisi bahan penyusun dalam suatu campuran. Beberapa hal yang
harus ditentukan dalam upaya menentukan komposisi optimum adalah menentukan
terlebih dahulu proporsi suatu bahan penyusun (faktor) dan total jumlah dari
seluruh faktor tersebut harus dapat dinyatakan dalam satu kesatuan unit
(Sugihartini, 2013).
Metode Simplex lattice
design (SLD) adalah cara optimasi
formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan. Jumlah total nilai
fraksi masing-masing komponennya adalah satu. Pengukuran respon dapat
dihubungkan dengan model matematika yang cocok untuk masing-masing desain. Ada
beberapa model yaitu linier, quadratic
dan spesial cubic (Bolton, 1986).
Linier model:
Y = ß1X1+ß2X2+
ß2X3................................................................................(1)
Quadratic model:
Y = ß1X1+ß2X2+ ß3X3 ß12X1X2+ ß13X1X3+ ß23X2 X3....................................(2)
Special cubic:
Y= ß1X1+ß2X2+ ß3X3 ß12X1X2+ ß13X1X3+ ß23X2 X3+ ß123X1 X2 X3.............(3)
Keterangan:
X1 X2 X3
= Fraksi campuran komponen
ß1, ß2, ß3, ß12, ß13, ß23, ß123 = Koefisien regresi (dihitung berdasarkan
respon
percobaan)
Dalam optimasi model simplex
lattice design, jumlah sesungguhnya suatu komponen dalam campuran,
diterjemahkan sebagai proporsi yang merupakan bilangan nol atau positif dan
tidak boleh berupa bilangan negatif.
Komponen dari X1, X2, ........Xq
adalah:
0≤Xi≤1............................................................................................................(4)
Dimana
Xi adalah no.1 sampai q. Jumlah seluruh faktor tersebut merupakan satu kesatuan
sehingga
X1+X2+Xq+.....=1.........................................................................................(5)
Apabila dalam
penelitian terdapat tiga komponen, maka akan diperoleh kurva respon yang berupa
dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Proporsi setiap faktor dapat
dinyatakan berdasarkan panjang pada setiap sisinya. Ketiga komponen dinyatakan
sebagai A, B dan C. Setiap sudut menyatakan setiap komponen dimana total
komponen adalah 1. Misal pada sudut A maka hanya mengandung komponen A dengan
proporsi = 1, sedang komponen B dan C mempunyai nilai proporsi = 0, garis AB
merupakan komposisi dari 50% A dan 50% B, garis BC merupakan komposisi dari 50%
B dan 50% C, sedangkan garis AC merupakan komposisi dari 50% A dan 50% C dimana
untuk pihak ketiga bernilai 0. Untuk komposisi tiga bahan ABC maka 33,3% A,
33,3% B dan 33,3% C.
Persamaan untuk tiga komponen adalah model special cubic yang dirumuskan sebagai
berikut:
Y=
ß1(A)+ß2(B)+ß3(C)+ß12(A)(B)+ß13(A)(C)+ß23(B)(C)+ß123(A)(B)(C).....(6)
Keterangan:
Y
= Respon hasil percobaan
ß1
=
koefisien yang didapat dari percobaan dengan A = 1 bagian (100%)
ß2
=
koefisien yang didapat dari percobaan dengan B = 1 bagian (100%)
ß3
=
koefisien yang didapat dari percobaan dengan C = 1 bagian (100%)
ß12
=
koefisien dengan A dan B masing-masing 0,5 bagian (50%)
ß13
=
koefisien dengan A dan C masing-masing 0,5 bagian (50%)
ß23
=
koefisien dengan B dan C masing-masing 0,5 bagian (50%)
ß123
=
koefisien yang didapat dari percobaan dengan A, B dan C masing-masing 0,33 bagian
(33,3%).
Koefisien regresi diperoleh dari persamaan masing-masing
respon yang dikehendaki. Berdasarkan persamaan respon tersebut didapatkan contour plot yang menggambarkan profil
respon (Armstrong dan James, 1996; Bolton, 1986).
Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach
Note : Sebagai bagian dari tugas pelatihan applied approach
Langganan:
Postingan (Atom)